Cerita di Balik Hari Santri, Diresmikan Jokowi hingga Andil di Masa Kolonial


 Riwayat menulis, ada banyak sekali peran besar yang sudah diberi beberapa kiai, ulama besar dan beberapa santri pada saat perjuangan kemerdekaan.

Permainan Togel Menerpa Semua Lapisan Masyarakat

Tidak memulu dengan mengusung senjata, taktik perang juga dilaksanakan untuk mengelabui lawan yang waktu itu tengah bercokol di Tanah Air.


Waktu itu Indonesia sedang dalam penguasan Jepang. Waktu wargaan Jepang labil saat kalah perang dengan sekutu, mereka berupaya menjaga kemampuan perangnya dengan latih beberapa santri dengan militer buat berperang menantang sekutu.


Inspirasi tersebut lantas dikatakan Nippon ke Kiai Haji Abdul Top Hasyim. Kiai Hasyim juga menyepakati cara Jepang itu tetapi dengan ketentuan, beberapa santri yang dilatih militer tidak masuk ke barisan Jepang.


Disini selanjutnya jadi cikal akan terciptanya Laskar Hizbullah, nama yang diberi oleh Kiai Top Hasyim, putra dari KH Muhammad Hasyim Asy'ari.


Peranan besar beberapa santri serta ulama berikut yang selanjutnya membuat Presiden Joko Widodo atau Jokowi memutuskan 22 Oktober jadi Hari Santri Nasional.


Menurut Jokowi hal itu dilaksanakan jadi wujud penghormatan serta penghargaan negara ke beberapa kiai, alim ulama, beberapa santri serta semua elemen bangsa yang mengikut panutannya.


"Saya benar-benar memahami dengan sikap berkebangsaan beberapa kiai serta santri waktu hadapi beberapa pilihan susah. Kiai serta santri terus menempatkan kebutuhan negara dan bangsa jadi yang pertama kali sesuai adat kesantrean," kata Jokowi, Sabtu, 20 Oktober 2018 dikutip Di antara.


Berikut deretan narasi dibalik peranan santri serta ulama dalam perjuangan kemerdekaan sampai diputuskan Jokowi jadi Hari Santri Nasional yang digabungkan dari beberapa sumber:


Waktu Munas Alim Ulama ketiga di 14 Juni 2015, Ketua PBNU Said Aqiel bercerita masa lampau bagaimana beberapa santri pada saat era penjajahan menolong pejuang menjaga kemerdekaan Indonesia.


"Siapa yang menyimpan bom di mobil Brigjen Mallaby? Ia ialah Harun, santri Pondok Tebuireng (Jombang, Jawa Timur)," kata KH Said Aqiel Siraj Ketua PBNU dalam Munas Alim Ulama Ketiga, di 14 Juni 2015.


Peristiwa heroik yang menempel di daya ingat bangsa ini berjalan di dekat Jembatan Merah, Surabaya, Jawa Timur di 30 Oktober 1945. Waktu akan melewati jembatan itu, mobil Buick punya Mallaby dihadang sekumpulan pemuda.


Seterusnya, seorang pemuda (santri) melepas shooting ke Mallaby sampai wafat. Tidak itu saja, mobil Buick kepunyaannya juga selanjutnya dibom sampai remuk. Celaka, karena ledakan itu, jasad pimpinan tentara Inggris ini susah dideteksi.


Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia di 17 Agustus 1945 bukan akhir perjuangan. Malah perjuangan semakin tidak gampang saat bangsa Indonesia harus menegakkan kemerdekaan sebab usaha kolonialisme tetap ada.


Ulama pesantren telah mempersiapkan jauh hari bila berlangsung perang senjata waktu Jepang berserah ke Sekutu. Wargaan Jepang atas Indonesia tergoyah saat mereka kalah perang dengan tentara sekutu.


Dikutip dari nu.or.id, saat itu juga mereka berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga kemampuan perangnya dengan latih beberapa pemuda Indonesia dengan militer untuk menantang sekutu.


Itu awalnya terciptanya laskar yang dinamakan oleh Kiai Hasyim jadi Laskar Hizbullah. Laskar Hizbullah ini dibuat di November 1943 beberapa minggu sesudah pembangunan tentara PETA (Pembela Tanah Air).


Walau ke-2 tubuh kelaskaran itu berdiri dengan sendiri, tapi dengan tehnik militer ada di 1 tangan seorang perwira intelijen Nippon, Kapten Yanagawa. Jadi seorang kiai, Hadratussyekh Hasyim Asy'ari cukup oke dalam taktik perang.


Ketika beberapa orang melihat jika keputusan Kiai Hasyim adalah lambang ketundukan ke Jepang sebab menyepakati beberapa santri dilatih militer oleh Jepang, tetapi dibalik semuanya, beberapa kiai di ini pengin menyiapkan beberapa pemuda dengan militer menantang invasi penjajah yang akan datang.


Benar saja apakah yang ada dalam pemikiran Kiai Hasyim, Jepang berserah ke sekutu. Seterusnya, Indonesia hadapi invasi Belanda II.


Ketika itu beberapa pemuda Indonesia lewat Laskar Hizbullah siap hadapi perang dengan tentara sekutu berbekal didikan ‘gratis' oleh tentara Jepang.


KH Saifuddin Zuhri dalam Pergi dari Pesantren (2013) menulis, waktu itu angkatan pertama kali latihan Hizbullah di wilayah Cibarusa, dekat Cibinong, Bogor awalnya tahun 1944 diiringi oleh 150 pemuda. Mereka tiba dari Karesidenan di semua Jawa serta Madura yang semasing kirim lima orang pemuda.


Hari Santri Nasional (HSN) jatuh di 22 Oktober, sama ketentuan Presiden Joko Widodo di tanggal yang serupa 2015 di Mushola Istiqlal Jakarta.


Tanggal 22 Oktober diputuskan sebab bersamaan dengan kejadian pembacaan resolusi jihad yang didengungkan oleh Pahlawan Nasional KH Hasjim Asy'ari di 22 Oktober 1945.


Penentuan itu mempunyai tujuan mencontoh semangat jihad yang didengungkan ke beberapa santri untuk selalu jaga kesatuan NKRI, sesuai instruksi serta semangat yang digelorakan oleh beberapa ulama.


Disamping itu, ada faktor yang lain melatarbelakangi penentuan HSN ini, yakni pernyataan sah pemerintahan Republik Indonesia atas peranan besar umat Islam dalam berusaha merampas serta menjaga kemerdekaan dan jaga NKRI.


Awalnya, Presiden Joko Widodo janji akan memutuskan 1 Muaharram jadi Hari Santri. Tetapi, ketentuan itu tidak diterima oleh Ketua PBNU, KH Said Aqiel Siraj.


"Tolong berikan ke Presiden, tidak pas 1 Muharam. Yang unik itu tanggal 22 Oktober di mana beberapa santri dengan semangat jihad menyongsong pasukan NICA di Surabaya, serta menjaga kemerdekaan," ucap Said Aqil.


Jokowi yang waktu itu datang bersama-sama Said Aqiel dalam acara Munas Alim Ulama Ketiga di Jakarta, di 14 Juni 2015, dengar saran Said. Seterusnya memerintah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin selekasnya merangkum Hari Santri.


Menyikapi instruksi Presiden, di 15 Agustus 2015, digelarlah komunitas dialog terbatas. Dari dialog ini, keluarlah Keppres Nomor 22 Tahun 2015, yang mengaku 22 Oktober jadi Hari Santri Nasional.


Beberapa puluh Santri Pondok Pesantren Nurul Ikhsan Purbalingga rayakan HUT kemerdekaan RI ke-75 dengan mengadakan upacara bendera pagi hari 17 Agustus 2020. Acara ditutup dengan makan bersama-sama 75 tumpeng di Pondok pesantren Nurul Ikhsan.


Postingan populer dari blog ini

In spite of Whatever, He Possessed Directly A's As well as Ideal Participation

Certainly there certainly readies information as well as poor. Evaluating development on environment activity because the authorizing of the Paris Contract will certainly be actually an essential program at COP28.

In a sample of 4,000 flowers